“Gila tuh orang bikin gue gondok,jalan liat-liat dong maen tebrak orang aja, gak punya mata ya??”
Petikan dua kasus diatas mungkin sering kita temui di sela kehidupan sehari-hari kita. Dari dua kasus itu pulalah kita kita dapat menggarisbawahi sebuah kata yang menjadi ide pokoknya yaitu kata “KESAL”.
Apa itu kesal? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kesal adalah mendongkol, sebal, kecewa bercampur jengkel, tidak suka lagi, jemu. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kesal itu merupakan perasaan tidak enak, dongkol yang terjadi akibat sesuatu hal yang tidak kita senangi keberadaannya.
Setiap orang pasti pernah mengalami perasaan itu berkali-kali, bahkan lebih sering dari jatuh cinta. Kesal dapat membuat suasana yang tadinya hingar binger menjadi muram. Kesal dapat membuat kekerabatan yang hangat jadi dingin. Intinya kesal dapat memutar balik dunia kita 180 derajat. Dan efeknya bisa fatal, ada pula orang yang tega membunuh saudaranya sendiri karena kesal.
Berbagai penyebab datangnya rasa kesal, mulai dari hal yang sepele sampai yang parah. Setiap orang juga memiliki batasan kesal masing-masing. Misalnya ada orang yang hanya disenggol sedikit saja batas kesalnya sudah jebol dan mulai melakukan aksi arbitrasi, marah-marah untuk menumpas kekesalannya. Adapula yang jika hanya disenggol seperti itu hanya bisa mengelus dada dan berkata pada dirinya sendiri “sabar, sabar”. Dan adapula yang dengan melankolisnya berkata “tidak apa-apa kok, cuma gitu doang”.
Berbagai cara orang mengatasi rasa kesal. Tentu saja dengan jangka waktu yang beraneka ragam. Jika kita menumpahkan unek-unek kita pada orang lain maka yakinlah jawaban pertama mereka adalah “sabar aja ya”. Saya yakin seratus persen kata itu sama sekali tidak akan memperbaiki suasana hati orang yang sedang kesal malahan hal itu malah memperbanyak tersangka dalam kasus kesal kita. Kita akan berkata dalam hati “gampang sekali bilang begitu, ya orang kamu ga ngerasain sih”.
Tidak ada obat mujarab lain yang bisa menyembuhkan rasa kesal kita selain selain diri kita sendiri. Mengapa? Karena hanya kita lah yang bisa membuat suasana hati kita baik. Jika rasa kesal muncul maka sebaiknya diam dan menjauh dari orang lain, tak perlu lah menghabiskan energi untuk bercerita pada orang lain, belum tentu mereka mengerti apa yang kita pikirkan. Ada baiknya kita berkompromi sedikit dengan pikiran kita, suruhlah ia menetralisir hati kita. Caranya dengan berkontemplasi, merenungkan detil-perdetilnya. Mulai dari sebab kekesalan kita, efek apa saja yang mungkin timbul di depan jika kekesalan kita tidak terkontrol dengan baik. Tanyalah pada diri sendiri, berapa kali kita kesal seumur hidup? Dan berapa kali kita membuat orang lain kesal ?bagaimana perasaan orang yang kita buat kesal? Berapa orang yang sampai saat ini masih bisa berdamai dengan rasa kesalnya dan tetap tersenyum tulus pada kita? Untuk jawaban yang terakhir saya rasa hampir 80% orang yang pernah kita buat kesal melakukannya. Mengapa?? Karena kesal itu hanya rasa sesaat yang timbul akibat ketidakkonsistenan perasaan nyaman kita. Setelah beberapa waktu dan pikiran kita kembali jernih pasti aka nada perasaan bodoh dan mengutuki diri sendiri atas kekesalan yang tadi kita alami.
Jadi mulailah berpikir bahwa kesal itu hanya seperti limit fungsi, kecepatan sesaat, jadi janganlah rasa kesal itu membodohi kita terlalu lama dan mengontrol ke enam panca indra kita sehingga tidak semanis biasanya. Merenung merenung merenung merenung, itu intinya tanyakan semua perasaan kita pada pikiran kita. Satu pertanyaan penting yang harus muncul saat kita merenungkan kekesalan kita yaitu “berapa kali kita mengalami rasa kesal? Dan berapa kali kita membuat orang lain kesal?”