Aku menekan seperempat langkah dalam tajuk laun-laun
kemanakah usik itu
ketika selayaknya butiran pasir memompa pori poriku
peluh tak berurut
ke arah timur aku berlari
kau mendapratku habis habis
ke arah barat aku menapak
kau caci aku larut larut
aku frustasi pada titik kesekian
tak ada nyali untuk ke arah selanjutnya
jangan takuti aku seperti petaka
karena aku telah dikutuk semesta untuk beramah tamah
diantara lorong2 jejeran kursi bis
melodi klasik mencekammu seperti malam
mengingatmu...
mengingatmu...
merapuhkan sejuta nalar dan sanubari
dan aku tak mau itu
at Bus
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar