RSS

Beethoven dan Dunia Musik Klasik

Ludwig van Beethoven (1770-1827) hidup diantara dua aliran zaman, yaitu era klasik dan romantik. Maka, ia seringkali disebut sebagai komponis pintu belakang klasik pada era abad 18 sekaligus sebagai halaman muka romantik pada abad 19.

Beethoven adalah pemain piano, orgel, dan biola handal. Ia lahir dari keluarga pemusik. Kakeknya adalah seorang dirigent dan pemain kontrabass yang sangat disegani di kota Bonn, Jerman. Begitu juga ayahnya, Louis, vokalis tenor sebuah opera.

Louis terobsesi agar anaknya menjadi jenius di bidang musik seperti Mozart. Latihan yang sangat keras mulai diberlakukan untuk Beethoven. Ketika Beethoven berumur 4 tahun, ia sudah diharuskan berlatih piano seharian. Bahkan latihan dilakukan sembari berdiri di atas kursi karena jari-jarinya belum mampu menggapai bilah piano.

Ayahnya sangat berharap atas kemampuan anaknya. Sampai-sampai Beethoven ditarik dari sekolahnya pada umur 13 tahun agar lebih banyak waktu tercurah untuk latihan musik. Pagi-pagi ia sering dibangunkan dari tidur supaya bisa latihan musik lebih awal.

Beethoven menoreh peran monumental dalam perkembangan sejarah musik di Eropa meski karyanya tak sebanyak Haydn maupun Mozart pada era yang sama. Karakter komposisinya dalam sastra musik sering dianalogikan dengan kepujanggaan sastra seperti Goethe, Shakespeare, maupun Schiller.

Beethoven dipertemukan dengan Mozart pada usia 17 tahun oleh ayahnya. Mozart sangat terkesan dengan bakat yang dimiliki Beethoven remaja. Ayah Beethoven bermaksud meminta Mozart untuk menjadi guru anaknya. Namun waktu tak tepat, Mozart dan keluarganya akan bersiap konser keliling Itali dan Eropa. Mozart menjanjikannya lain waktu.

Selang lima tahun kemudian, setelah uang terkumpul, Beethoven menyusul ke Wina, Austria. Namun terlambat, Mozart sudah meninggal setahun sebelumnya. Tak patah arang, Beethoven mengalihkan perhatian kepada Haydn. Namun tak ada hubungan imbal balik antara guru dan murid. Dalam memoir yang ditulis Beethoven, "Haydn membiarkan saja kesalahan-kesalahan tugas pekerjaan rumah yang telah saya selesaikan."

Ia tak menemukan guru idealnya. Beethoven menempuh jalannya sendiri dengan belajar mandiri melalui konser-konser yang dilakukannya. Ia banyak bergaul dengan kalangan bangsawan dan pencinta musik, tetapi tak mau menempatkan dirinya di bawah level mereka.

Pada awal komposisi Beethoven, masih dipengaruhi oleh gaya-gaya pendahulunya, seperti Mozart maupun Haydn, yaitu bergaya klasik. Karya tersebut terlihat pada Symphoni no. 1 dan no. 2, sonata awal untuk piano seperti Sonata Pathetique dan Mondscheinsonate, Konser no. 1 untuk piano dan orkes serta beberapa karya kwartet gesek.

Gaya romatik baru terlihat pada karya-karya pertengahan karir Beethoven, seperti Simphoni no. 3,5,6 dan 8, Ouverture for Egmont dan Coriolan opera Fidelio dan beberapa sonatanya. Karya-karyanya pada periode ini telah memperlihatkan subjektivitas dan individual sang komponis, yang kelak menjadi tren pada era ini.

SIMFONI NO. 9

SIMFONI Nomor 9 (Download) Beethoven dimainkan pada saat itu untuk pertama kalinya, di Wina, Austria. Simfoni Nomor 9 dalam tangga nada D minor itu adalah simfoni terakhir Ludwig van Beethoven, yang selesai digubah pada 1824.

Simfoni sepanjang 75 menit itu berisi bagian dari ode 'An die Freude' karya Friedrich Schiller, sebagai teks yang dinyanyikan para solis dan paduan suara pada gerakan terakhir.

Karya itu merupakan contoh pertama dari seorang komponis besar yang menggunakan suara manusia pada tingkat yang sama dengan instrumen-instrumen dalam sebuah simfoni.

Simfoni itu mungkin merupakan karya musik klasik yang paling terkenal, dan dianggap sebagai salah satu mahakarya Beethoven yang terhebat, digubah ketika dia tuli sepenuhnya.

Simfoni ini memainkan peranan kebudayaan yang penting dalam lingkungan modern. Sebuah versi yang telah diadaptasi digunakan sebagai lagu kebangsaan Uni Eropa.

Para pelajar dalam demonstrasi Tiananmen pada 1989 menyiarkan simfoni ini melalui pengeras suara sebagai pernyataan melawan tirani. Sebuah pertunjukan terkenal yang dilakukan Leonard Bernstein pada 25 Desember 1989 merayakan jatuhnya Tembok Berlin. Kata freude (kegembiraan) digantikan dengan kata freiheit (kebebasan) dalam versi tersebut.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar